
Selamat Memperingati Jumat Agung
Jumat Agung 2025: Renungan atas Pengorbanan dan Harapan di Tengah Perubahan Zaman
Jumat Agung, yang jatuh pada 18 April 2025, menjadi momen sakral bagi umat Kristen di seluruh dunia untuk mengenang wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Hari ini mengajak refleksi mendalam tentang pengampunan, pengorbanan, dan kasih tanpa batas—nilai yang semakin relevan di tengah kompleksitas dunia modern. Di tahun 2025, peringatan ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga merespons isu global melalui pendekatan inovatif dan kolaboratif.
Ekologi dan Kesadaran Lingkungan
Menanggapi krisis iklim, banyak gereja mengadopsi praktik ramah lingkungan selama perayaan. Misalnya, menggunakan hiasan salib dari bahan daur ulang atau mengurangi penggunaan listrik selama ibadah malam. Di kota-kota seperti Bandung dan Yogyakarta, umat diajak menanam pohon sebagai simbol harapan dan pemulihan ciptaan.
Tradisi yang Tetap Menyentuh Hati
Ritual inti Jumat Agung tetap dijalankan dengan khidmat:
Jalan Salib: Diadakan di gereja, lingkungan permukiman, bahkan secara simbolis di ruang digital.
Liturgi Kesengsaraan: Pembacaan kisah penyaliban yang mengajak umat merenung dalam keheningan.
Puasa dan Pantang: Diperkuat oleh kampanye kesederhanaan untuk menggalang dana sosial.
Melihat ke Depan dengan Semangat Baru
Di tengah dunia yang sarat tantangan, Jumat Agung 2025 mengingatkan umat untuk tidak berhenti pada duka, tetapi membangun harapan akan kebangkitan. Inisiatif seperti layanan konseling gratis berbasis iman, gerakan anti-kekerasan, atau dukungan untuk pengungsi iklim menjadi bukti nyata iman yang hidup dan relevan.
Sebagai penutup, Jumat Agung di tahun 2025 bukan hanya tentang mengenang masa lalu, melainkan juga tentang membawa pesan kasih dan keadilan ke tengah masyarakat. Dalam keheningan dan doa, umat diajak menjadi pembawa terang di tengah kegelapan—sebagaimana salib menjadi simbol kemenangan atas keputusasaan.